22 September 2008

Dimana Nurani Kita?

9/22/2008 by MEKARWANGI · 0 komentar
Label: ,

Rencana pengiriman Tenaga Kerja Indonesia ke luar negeri (TKI) hingga 1 juta orang ke berbagai negara tujuan oleh APJATI (Asosiasi Pengerah Tenaga Kerja Indonesia) harus disikapi secara bijak. Menurut Ketua Umum APJATI Komjen Pol (Purn) Nurfaizi pengiriman TKI tersebut dalam rangka membantu pemerintah dalam mengatasi masalah pengangguran. Alasan tersebut memang bisa diterima. Pertama, pemerintah hingga sekarang masih kewalahan menekan pertumbuhan angka pengangguran. Kedua, pemerintah memperoleh devisa yang cukup besar nomor dua setelah migas. Menurut Nurfaizi pengiriman TKI dari tahun 2003-2008 telah menghasilkan devisa Rp167 triliun. Ketiga, jika dari 1 juta TKI yang dikirim memberi manfaat bagi peningkatan ekonomi orang lain minimal masing-masing TKI memeri manfaat bagi 3 orang lain maka secara matematis 3 juta rakyat Indonesia akan ikut tertolong. Keempat, beban pemerintah sudah bekurang minimal selama 2 tahun kontrak kerja tidak lagi mengeluarkan subsidi bagi mereka. Kelima, PJTKI/PPTKIS dan jaringan kerjanya (sponsor, calo, petugas lapangan, dll) akan mengeruk keuntungan yang jumlahnya tidak sedikit.

Dilihat dari sudut bisnis angka-angka tersebut sungguh sangat fantastis dan prospektif bagi para pelaku bisnis. Namun masalahnya apakah pengiriman TKI harus selalu menggunakan pendekatan bisnis. Sebab yang dikirim adalah manusia bukan komoditi yang kalau tidak laku dijual bisa ditukar dengan beras ketan atau barter dengan produk yang sudah membludak di dalam negeri.

Nampaknya kita harus disadarkan kembali pada persoalan buruh migran Indonesia hingga kini masih dihadapkan segudang masalah. Masih banyak buruh migran yang terabaikan hak-haknya sedangkan upaya yang dilakukan belum maksimal. Pemerintah, PJTKI, dan komponen masyarakat lain belum sejalan dalam mengatasi masalah buruh migran yang sudah terlanjur ada. Apalagi ditambah 1 juta lagi dan bertambah lagi pada tahun berikutnya.

Sudah seberapa banyak mampu mengatasi buruh migran yang bermasalah. Ingat, masalah buruh migran tidak melulu persoalan uang seperti tidak digaji dan asuransi. Sebut saja Sumiyati asal Cirebon yang sepanjang hidupnya harus menanggung penderitaan fisik akibat dianiaya majikan. Dewi, gadis belia asal Cirebon yang hidupnya tidak boleh lepas dari tongkat untuk menyangga tubuhnya karena cacat seumur hidup. Kemudian, Karsem wanita berusia 57 tahun yang cemas akan nasib anak gadis yang pergi 15 tahun yang lalu yang hingga kini belum pulang.

Kisah tadi hanya segelintir dari segudang masalah yang dihadapi buruh migran dan anggota keluarganya dari tahun ke tahun. Dimana hati nurani kita jika masalah TKI dan TKW selalu ditimbang dengan uang. Sudah bijakkah kita? (cardi syaukani)

21 September 2008

Menakar Komitmen Calon Presiden Mendatang

9/21/2008 by MEKARWANGI · 0 komentar
Label: ,
Aroma pesta demokrasi yang akan digelar tahun 2009 sudah mulai tercium. Kesibukan kelompok yang berkepentinganpun sudah semakin meningkat. Mulai partai politik yang sudah sibuk melakukan berbagai kegiatan untuk tampil dalam hajatan yang diselenggarakan 5 tahun sekali. Para calon anggota legislatif sudah banyak berbenah untuk kesuksesan partai masing-masing termasuk dirinya yang ingin berkantor di gedung wakil rakyat.

Kesibukan serupa juga dialami orang perorangan yang ingin menjadi orang nomor satu di negeri ini. Berbagai kampanye dilakukan baik terang-terangan maupun terselubung. Berbagai media pun digunakan untuk tujuan itu. Media televisi menjadi pilihan dalam menyampaikan visi para calon pemimpin negeri ini. Para kandidat banyak mengobral harapan kepada bangsa Indonesia untuk keluar dari keterpurukan dalam berbagai aspek kehidupan terutama keterpurukan ekonomi. Sesungguhnya para kandidat menyadari ini yang menjadi kebutuhan yang mendesak bagi rakyat yang akan dipimpinnya kelak. Kata kemiskinan dan kesejahteraan bangsa menjadi jargon dalam kampanye mereka.

Berbagai kelompok masyarakatpun disasar. Kelompok petani, nelayan, pedagang tradisional, dan lain sebagainya. Yang belum kelihatan dari para kandidat adalah kepedulian kepada kelompok bangsa yang menjadi buruh migran yang tersebar di berbagai negara. Sesungguhnya mereka tidak kalah menderitanya dibandingkan dengan kelompok masyarakat yang ada di Indonesia. Kalau para calon pemimpin bersedia untuk jujur, sesungguhnya para buruh migranlah yang selama ini telah dan terus memberikan andil sangat besar bagi tegaknya Indonesia dari keterpurukan ekonomi yang akut.

Harapan buruh migran dan juga anggota keluarganya bukan pada ketersediaan ruang di hati para kandidat pemimpin agar menunjukan kepeduliannya hanya sebatas lips service semata. Wujud kongkrit dari kinerja para pemimpin untuk mengatasi masalah penganguran atau langkanya lapangan kerja bagi rakyatnya . Karena persoalan inilah yang menjadi pendorong utama rakyat Indoensia terpaksa meninggalkan keluarganya untuk mencari kehidupan yang layak di negara lain. Mencari kehidupan yang layak memang dijamin alias tidak dilarang dalam Undang-undang Dasar 1945. Namun demikian, undang-undang itu belum sepenuhnya dilaksanakan untuk menjamin ketersediaan hidup yang layak bagi sebagian besar masyarakat pedesaan. Inilah yang akan menjadi tantangan berat bagi pemimpin mendatang. Siapapun yang menjadi presiden Indonesia periode mendatang pekerjaan besar sudah siap menunggu.

Isu-isu buruh migran yang belakangan masih menyimpan beragam kisah duka sudah bukan saatnya lagi dijadikan sekedar isu politik kelompok yang berkepentingan. Yang mendesak dilakukan adalah mengatasi masalah yang dihadapi buruh migran. Amanah ini harus dipikul oleh siapapun yang menjadi pemimpin mendatang dan tentu saja harus dibarengi partisipasi seluruh komponen bangsa untuk ikut ambil bagian dalam melaksanakan amanah tersebut.Semoga berhasil. (cardi syaukani)

Belajar untuk Kemajuan Bersama

Suasana belajar yang santai tapi tetap serius mendalami materi yang sedang dibahas

Jakarta -- Pada zaman globalisai banyak orang yang tidak merasa cukup belajar dari pendidikan formal untuk meningkatkan kemampuan teknis dan non teknis. Kondisi ini banyak dimanfaatkan banyak orang untuk meraih keuntungan dengan menyelenggarakan pendidikan atau latihan. Banyak lembaga kursus muncul dengan beragam materi yang ditawarkan. Pendidkan atau latihan tersebut tentu menurut kebanyakan orang relatif mahal apalagi bagi masyarakat pedesaan yang berpenghasilan rendah harus kecewa. Mahalnya biaya pendidikan atau kursus cukup beralasan. Pada umumnya pelatihan diselenggarakan di tempat tertentu (hotel misalnya) dengan jumlah peserta terbatas dan honor pelatih dan penyelenggara yang relatif tinggi.
.
Kondisi seperti ini tidak membuat temen-teman paguyuban yang notabene berasal dari pedesaan pantang menyerah. Dengan berbekal peralatan pinjaman, teman-teman belajar serius untuk meningkatkan kemampuannya. Idealnya memang pendidikan dan pelatihan yang kami lakukan harus mendatangkan pelatih yang profesional untuk menjadi tutor. Akan tetapi persoalan biaya untuk membayar tutor yang sangat tidak terjangkau maka belajarpun tanpa kehadiran tutor profesioal. lantas bagaimana cara kami belajar?
.
Kami belajar harus berperan ganda. Sebagai peserta pelatihan juga sebagai tutor. Pendekatan yang kami tempuh adalah belajar sesama teman. Tidak menjadi masalah lagi perbedaan umur pda proses belajar seperti ini. Bagi yang lebih tahu tentang materi pelajaran maka berkewajiban mengajari orang yang lain meskipun usianya lebih tua. Dengan semangat kekeluargaan kami belajar bersama untuk saling mengisi kekurangan dan berbagi kelebihan kepada orang lain. Dengan demikian kendala biaya pendidikan atau pelatihan yang mahal sedikit demi sedikit bisa kami atasi.
.
Bicara soal tingkat pencapaian kemampuan dengan belajar seperti ini cukup efektif karena kami belajar menggunakan motode pemecahan masalah atau istilahnya problem solving. Kami belajar apa yang ingin kami ketahui dan langsung bisa dikerjakan sehingga belajar menjadi tepat sasaran. Dengan demikian kendala mahalnya biaya pelatihan dapat diatasi tanpa harus kehilangan semangat untuk berkarya demi sesama. [sy]

12 September 2008

Sarasehan di Radar Cirebon

9/12/2008 by MEKARWANGI · 0 komentar
Label: ,
Cirebon -- Cardi Syaukani dan A. Sutrisno dari Pakubumi menghadiri sarasehan yang diselenggarakan di aula Harian Umum Radar Cirebon, 12 September 2006. Sebagai narasumber dalam sarasehan adalah kepala BNP2TKI Moh Jumhur Hidayat yang hadir beserta rombongan. Hadir pula para pejabat terkait dari wilayah III Cirebon seperti Kadisnaker Kab. Kuningan, Kadisnaker Kab. Cirebon serta stafnya.

Kegiatan sarasehan merupakan rangkaian kegiatan kepala BNPTKI karena sebelumnya telah melakukan kegiatan peresmian Pusat Bursa Tenaga Kerja Luar Negeri. Selain para pejabat, hadir pula para mantan buruh migran, calon buruh migran, para sponsor atau petugas lapangan.


Tidak banyak kemajuan dalam sarasehan tersebut karena hal-hal yang dibahas masih seputar permasalah yang dialami oleh para buruh migran belum menyentuk akar persoalan buruh migran yang kompleks. Bahkan kunjungan di Cirebon sebagai bagian dari Safari Ramadhan dinilai kental suasana politisnya. Menurut salah seorang pejabat, Disnakertrans Kab. Cirebon merasa keberatan dengan diluncurkannya program dari BNP2TKI tersebut sebab menurutnya jika program tersebut bertujuan untuk menghapuskan atau mengurangi aktifitas para calo yang tidak bertanggung jawab justru program tersebut seperti melembagakan para calo sedang peran dinas di daerah seakan dikebiri. [sy]

01 September 2008

Khanifah di RS Polri

Jakarta -- Tadi sore ke RS Polri. Bagian Informasi menyuruh cek ke Bagian PPT. Bagian PPT memberi tahu Khanifah ada di Bagian Trafficking, Ruang Parkit 2. Di sana menunggu agak lama karena para pasien korban trafficking sedang diperiksa dokter. Akhirnya bisa bertemu Khanifah sekitar jam 5 sore. Kondisinnya dan kandungannya baik-baik saja. Alhamdulillah. Puji Syukur.

Kami tanyakan soal proses pemulangannya ke Malang. Menurutnya, dia akan dipindahkan ke Depsos. Entah berapa lama akan ditampung Depsos. Sekarang kami sedang berpikir untuk memulangkan Khanifah secara swadaya. Artinya, cari uang sendiri. Syukur-syukur kami punya uang agar ada orang yang bisa menemaninya sampai rumah. Kalau uangnya pas-pasan maka terpaksa Khanifah harus pulang sendiri naik travel. Kami akan wanti-wanti pada supir travelnya agar mengantarnya sampai rumah dan menjaganya baik-baik selama di perjalanan.

Khanifah tadi bercerita bahwa dia dipulangkan oleh IOM beserta 18 TKW korban trafficking lainnya yang berada di KBRI Malaysia. Tadinya Khanifah sudah hampir tidak bisa ikut pemulangan kemarin. Tapi Khanifah memohon pada pihak KBRI. Kalau tidak pulang dengan kloter yang kemarin maka Khanifah harus tunggu 2,5 bulan lagi. Syukurlah dia bisa ikut pulang. Pulang ke Indonesia. Sekarang tinggal bagaimana Khanifah bisa pulang sampai Malang. [rp]
ANGGOTA MEKARWANGI:
MEKARWANGI MEMBERS:









Kesan & Pesan


ShoutMix chat widget